Hari masih terlalu dini
bagi Fia, Ia terbangun lantaran handphone
berdering. Sebuah pesan singkat terpampang dilayar. Rupanya sebuah ajakan
Shalat malam dari seorang laki-laki. Wawan. Wawan adalah kakak kelas Fia di sekolah.
Dengan mata yang masih sayu, Fia bergegas mengambil air wudhu. Dinginya air mengusir
ngantuk di wajah Fia. Niatnya sudah bulat untuk menghadap kepada Sang pencipta. Ia
mengerjakan Shalat dengan khusuk. Pada malam selanjutnya, pesan sama Ia terima
dari Wawan juga. Hari-hari Fia yang biasa sendiri, saat ini telah berlalu
dengan hadirnya sosok Wawan.
Hari-hari berlalu, semakin dekat pula Fia dengan Wawan. Walau sekedar berkomunikasi lewat pesan singkat. Hal itu sangat bermakna bagi Fia. Pernah suatu hari Wawan mengajak Fia ketemuan, namun gagal karena kesibukan mereka. Hingga datang suatu hari ketika Fia sedang duduk ditaman, tiba-tiba datang laki-laki berparas tampan menyapa. Wawan. Mereka akhirnya jalan berdua. Dan saat itu juga Wawan menyatakan Cinta kepada Fia. Tak ada alasan untuk menolak bagi Fia. Hanya sebuah pertanyaan yang keluar dari mulut Fia.
Hari-hari berlalu, semakin dekat pula Fia dengan Wawan. Walau sekedar berkomunikasi lewat pesan singkat. Hal itu sangat bermakna bagi Fia. Pernah suatu hari Wawan mengajak Fia ketemuan, namun gagal karena kesibukan mereka. Hingga datang suatu hari ketika Fia sedang duduk ditaman, tiba-tiba datang laki-laki berparas tampan menyapa. Wawan. Mereka akhirnya jalan berdua. Dan saat itu juga Wawan menyatakan Cinta kepada Fia. Tak ada alasan untuk menolak bagi Fia. Hanya sebuah pertanyaan yang keluar dari mulut Fia.
“apa yang membuatmu
cinta padaku? Padahal aku tak secantik pacar-pacarmu yang dulu?”
“cinta gak butuh
alasan” senyum Wawan meluluhkan hati Fia.
Wawan adalah sosok yang
Sederhana, baik dan perhatian. Sehingga walaupun mereka jarang bertemu Fia tak
pernah merasa sendirian. Hanya berkomunikasi melalui handphone, mereka merajut sebuah cinta. Pernah Wawan telepon ketika
malam sebelum tidur. “selamat malam sayang” kalimat yang tak pernah bisa Fia
lupakan. Jantung Fia seakan memperlambat denyutnya ketika Ia mendengar nada indah itu. Fia baru
merasakan keanehan ketika telepon terputus. Seakan kalimat itu adalah ucapan
selamat tinggal bagi Fia, namun dengan baik Fia menyingkirkan prasangka buruk
itu.
Berhari-hari Wawan tak
ada kabar. Hal itu membuat Fia cemas. Setiap hari Ia menunggu teleepon dari
Wawan. Berulang kali Ia mengecek Hp namun tak ada panggilan ataupun pesan.
Namun kegelisahan Fia tak pernah nampak, semua orang tau kalau Fia adalah gadis
yang ceria. Ia selalu belajar setiap malam seakan tak ada aroma galau di wajah
cantiknya.
Suatu malam Fia
mengahiri belajarnya lebih awal. Entah mengapa perasaan Fia tak tenang malam
ini. Handphone masih saja membisu di
meja, berbaur dengan buku-buku pelajaran. Ia termenung beberapa menit. Sebuah
lamunan kosong menghiasi wajah cantiknya yang mulai layu. Hingga suatu getaran
memecahkan lamunanya. Handphone yang
tergeletak di meja berbunyi. Dengan penuh harap pesan itu datang dari Wawan.
Wajah yang tadinya layu mulai berseri dengan datangnya pesan itu. Bukan.
Ternyata bukan pesan dari Wawan. Itu hanya pesan dari operator mempromosikan
nada sambung. Tanpa Ia sadari air mata menetes di pipi mungilnya. Membisu
seribu bahasa, tak bergerak seperti patung. Hanyalah butiran air mata yang
berlinang.
Beberapa hari kemudian
semua semakin jelas. Wawan memutuskan hubungan mereka. Munkin Wawan telah
menemukan pengganti atu alasan apa entah Fia tak mengerti. Berulang kali Fia
mencoba mengajak Wawan kembali. Namun tak ada hasil. Malah Fia semaki terluka
menahan tangis.
Fia telah lelah menghadapi kenyataan yang pedih ini. Ia
melangkah tanpa arah. Hingga suatu hari Ia menemukan cahaya teranng. Sebuah
cinta datang dari Allah. Ia sadar akan suatu hal. Sebuah kisah itu tak
sepantasnya dilupakan, karena semakin melupakan semakin menyiksa. Namun ketika
tidak mencoba melupakan hanya bayangan semu yang ditemui. Fia tidak pernah mengingat
kisah itu, namun hati itu menangis ketik banyang Wawan merasuki hatinya secara tiba-tiba.
Setahun lamanya Fia
melalui hari-hari dengan rasa cinta untuk Wawan yang masih terpendam rapi dalam
hati. Dan tak ada satupun orang tau tentang itu. Fia hanya berdoa
’’
ya Allah semoga dia bahagia dengan orang yang Ia cintai sekarang”
Setengah
Ia berucap demikian, setengah hatinya sakit. Tak ada secuil pun harapan untuk
membawa Wawan kembali. walaupun sampai saat ini banyang Wawan selalu ada dalam
benak Fia.
Maafkan
hamba ya Rabb
Bukan
maksudku untuk menyimpan rasa itu
Namun
banyangan itu muncul lagi
Maafkan hamba ya Rabb
Kalaupun waktu itu hamba pernah menyakiti hatinya
Maafkan hamba ya Rabb
Lebih baik hamba menikmati suatu kesendirian
Maafkan hamba ya Rabb
Kalaupun waktu itu hamba pernah menyakiti hatinya
Maafkan hamba ya Rabb
Lebih baik hamba menikmati suatu kesendirian
Hingga
tiba waktunya
Engkau
berikan aku cinta
Seseorang
yang bisa membimbingku untuk selalu cinta kepada-Mu.
______________________________________________________________________________
karya Lina Lutfya Ulya
Namaku Lina. Bolin bisa menghubungi aku lewat email
biogint.lina@gmail.com atau akun facebook Erwin
Lina
Goodboy. Naskah berjudul “Lukaku Sangat Rahasia” ini akan menjadi karyaku yang
pertama.
0 komentar:
Posting Komentar